Sejarah Purwakarta
team perpus13
Kabupaten Purwakarta Purwakarta beralih ke halaman ini. Untuk Kota yang bernama
sama, lihat pula Kota Purwakarta. Untuk kegunaan lain dari Purwakarta, lihat Purwakarta (disambiguasi). Artikel ini bukan mengenai KotPurwokerto. Kabupatenrwakarta Lambang Kabupaten Purwaka Motto: Wibawa Karta Raharja Peta lokasi Kabupaten
Purwakarta Koordinat: 107o30'-107o40'BT dan 6o25'-6o45'LS Provinsi Jawa Barat Dasar
hukum UU RI Nomor 4 T
1968 Ibu kota Purwakarta Pemerintahan - Bupati H Dedi Mulyadi, - DAU Rp. 517.617.234. (2011)[1] Luas 971,72 km2 Populasi - Total 845.509 jiwa (2 -
Kepadatan 870,12 jiwa/km Demografi - Kode area
telepon 0264 Pembagian administratif - Kecamatan 17 - Kelurahan 192 - Situs web http://
www.purwakarta Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia terletak ±80 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara, Kabupaten Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur, Kabupaten Bandung di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya. Kabupaten Purwakarta berada
pada titik-temu tiga koridor
utama lalu-lintas yang sangat
strategis, yaitu Purwakarta-
Jakarta, Purwakarta-Bandung
dan Purwakarta-Cirebon. Luas wilayah Kabupaten
Purwakarta adalah 971,72 km²
atau sekira 2,81% dari luas
wilayah Provinsi Jawa Barat
berpenduduk 845.509 jiwa
(Proyeksi jumlah penduduk tahun 2009) dengan laju pertumbuhan penduduk rata-
rata sebesar 2,28% per-tahun.
Jumlah penduduk laki-laki
adalah 420.380 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk
perempuan adalah 425.129 jiwa. Kabupaten Purwakarta memiliki motto Wibawa Karta Raharja. "Wibawa" berarti berwibawa
atau penuh kehormatan, "Karta"
berarti ramai atau hidup, dan
"Raharja' berarti keadaan
sejahtera atau makmur.
Sehingga “Wibawa Karta Raharja” dapat diartikan
sebagai daerah yang
terhormat/berwibawa, ramai/
hidup, serta makmur atau
sejahtera. Etimologi Purwakarta berasal dari suku
kata "purwa" yang artinya
permulaan dan "karta" yang
berarti ramai atau hidup.
Pemberian nama Purwakarta
dilakukan setelah kepindahan ibukota Kabupaten Purwakarta
dari Wanayasa ke Sindang
Kasih. Peristiwa kepindahan ibukota
kabupaten ini setiap tahunnya
diperingati pada tanggal 20 Juli
dengan melakukan napak tilas
dari Wanayasa ke Sindang
Kasih. Arti Lambang Segi berwarna hitam berpelat merah, dimaksudkan bendungan serba-guna
Jatiluhur, yang merupakan
kebanggaan dan
kemakmuran masyarakat
Purwakarta. Lengkung berwarna hijau gelombang putih dan biru, dimaksudkan Situ Buleud. Rumah berwarna merah dan kuning, menggambarkan Gedung Karesidenan yang
bersejarah, keagungan
daerah Purwakarta.
Atapnya berbentuk gunung Tangkuban Perahu, dihubungkan dengan legenda rakyat, mengenai bendungan sungai, cerita Sangkuriang. Padi dan kapas, merupakan lambang kemakmuran yang
tidak bisa terpisahkan
sesuai pula dengan
penghidupan masyarakat
Purwakarta yang sebagian
besar hidup dari pertanian. Keterangan : Lambang berbentuk segi
lima, sesuai dengan dasar
negara yaitu Pancasila yang merupakan tameng Bangsa
Indonesia. Pelat merah bertuliskan
“Wibawa Karta Raharja”,
merupakan semboyan yang
berarti daerah yang penuh
dengan nuansa keagamaan
yang selamanya aman dan makmur. Keterangan Warna : Hijau Muda, harapan bagi
masa depan daerah
Purwakarta untuk terus
membangun suatu daerah
yang adil, makmur dan
sejahtera. Hitam, ketuhanan dan
ketekunan hati. Kuning, keagungan/
kebesaran daerah. Merah, tekad perjuangan
bangsa yang pantang
mundur, rela bermandi darah
daripada menyerah. Putih,
kesucian/keikhlasan hati
rakyat dalam menanggulangi segala cobaan dan
penderitaan. Biru, kesetiaan rakyat
terhadap nusa, bangsa dan
agama. Hijau Tua, keagamaan
masyarakat Purwakarta
merupakan masyarakat
yang teguh agama, mereka
membenci orang-orang yang
munafik dan orang-orang yang melalaikan kewajiban
untuk berbakti kepada
Tuhan. Mereka semua yakin
bahwa dari segala
kebesaran dan kemajuan
daerahnya ialah petunjuk serta lindungan Tuhan YME. Sejarah Sebelum penjajahan Belanda Keberadaan Purwakarta
tidak terlepas dari sejarah
perjuangan melawan
pasukan VOC. Sekitar awal abad ke-17 Sultan Mataram mengirimkan pasukan tentara yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat. Salah satu tujuannya
adalah untuk menundukkan
Sultan Banten. Tetapi dalam perjalanannya bentrok
dengan pasukan VOC
sehingga terpaksa
mengundurkan diri.
Setelah itu dikirimkan
kembali ekspedisi kedua dari Pasukan Mataram di
bawah pimpinan Dipati Ukur
serta mengalami nasib yang
sama pula. Untuk
menghambat perluasan
wilayah kekuasaan kompeni (VOC), Sultan Mataram
mengutus Penembahan
Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang
bergelar Adipati Panatayuda
atau Adipati Kertabumi III
untuk menduduki Rangkas
Sumedang (Sebelah Timur
Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura,
Adiarsa, Parakansapi dan
Kuta Tandingan. Setelah
mendirikan benteng tersebut
Adipati Kertabumi III
kemudian kembali ke Galuh dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri
berubah menjadi Karawang
karena kondisi daerahnya
berawa-rawa (Sunda : "Karawaan").
Sultan Agung Mataram
kemudian mengangkat
putera Adipati Kertabumi III,
yakni Adipati Kertabumi IV
menjadi Dalem (bupati) di Karawang pada tahun 1656. Adipati Kertabumi IV ini juga
dikenal sebagai Raden Adipati Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan
ibu kota di Udug-udug.
Pada masa pemerintahan R.
Anom Wirasuta putera
Panembahan
Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda
I antara Tahun 1679 dan
1721 ibu kota Karawang dari
Udug-udug pindah ke
Karawang, dengan daerah
kekuasaan meliputi wilayah antara Cihoe (Cibarusah) dan Cipunagara. Pemerintahan Kabupaten
Karawang berakhir sekitar
tahun 1811-1816 sebagai
akibat dari peralihan
penguasaan Hindia-Belanda dari Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Inggris. Masa penjajahan Belanda Masjid Agung Purwakarta pada tahun 1920-1935 (dibangung atas perintah Raden Tumenggaung Aria Sastradipura I), bupati ke-12, menjabat tahun 1854-1863) Antara tahun 1819-1826
Pemerintahan Belanda
melepaskan diri dari
Pemerintahan Inggris yang
ditandai dengan upaya
pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada Gubernur Jendral Van Der
Capellen. Dengan demikian Kabupaten Karawang
dihidupkan kembali sekitar
tahun 1820, meliputi wilayah
tanah yang terletak di
sebelah Timur sungai Citarum/Cibeet dan sebelah Barat sungai
Cipunagara.Dalam hal ini
kecuali Onder Distrik Gandasoli, sekarang Kecamatan Plered pada waktu itu termasuk
Kabupaten Bandung.
Sebagai Bupati I Kabupaten
Karawang yang dihidupkan
kembali diangkat R.A.A.
Surianata dari Bogor dengan gelar Dalem Santri yang
kemudian memilih ibukota
kabupaten di Wanayasa. Pendopo Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 Pada masa pemerintahan
Bupati R.A. Suriawinata atau
Dalem Sholawat, pada tahun
1830 ibu kota dipindahkan
dari Wanayasa ke
Sindangkasih yang diresmikan berdasarkan
besluit (surat keputusan)
pemerintah kolonial tanggal
20 Juli 1831 nomor 2.
Pembangunan dimulai antara
lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk
pembuatan Situ Buleud,
Pembuatan Gedung Karesidenan, Pendopo, Mesjid Agung, Tangsi Tentara di Ceplak, termasuk
membuat Solokan Gede,
Sawah Lega dan Situ
Kamojing. Pembangunan
terus berlanjut sampai
pemerintahan bupati berikutnya. Masa kemerdekaan Kabupaten Karawang
dengan ibukota Purwakarta
berjalan sampai dengan
tahun 1949. Pada tanggal
29 Januari 1949 dengan
Surat Keputusan Wali Negeri Pasundan Nomor 12,
Kabupaten Karawang
dipecah dua yakni
Karawang Bagian Timur
menjadi Kabupaten
Purwakarta dengan ibu kota di Subang dan Karawang
Bagian Barat menjadi
Kabupaten Karawang.
Berdasarkan Undang-
undang nomor 14 tahun
1950, tentang pembentukan daerah kabupaten dalam
lingkungan Propinsi Jawa
Barat, selanjutnya diatur
penetapan Kabupaten
Purwakarta, dengan ibu kota
Purwakarta, yang meliputi Kewedanaan Subang,
Sagalaherang, Pamanukan,
Ciasem dan Purwakarta. Pembagian administratif Pada tahun 1968, berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang SK Wali
Negeri Pasundan diubah dan
ditetapkan Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dengan Wilayah Kewedanaan
Purwakarta di tambah dengan
masing-masing dua desa dari
Kabupaten Karawang dan
Cianjur sehingga pada tahun
1968 Kabuapten Purwakarta hanya memiliki 4 kecamatan,
yaitu Kecamatan Purwakarta,
Plered, Wanayasa dan
Campaka dengan jumlah desa
sebanyak 70 desa. Untuk
selanjutnya dilaksanakan penataan wilayah desa,
kelurahan, pembentukan kemantren dan peningkatan status kemantren menjadi
kecamatan yang mandiri. Maka
saat itu Kabupaten Purwakarta
memiliki wilayah: 183 desa, 9 kelurahan, 8 kamantren dan 11 kecamatan. Berdasarkan perkembangan Kabupaten
Purwakarta, pada tahun 1989
telah dikeluarkan Surat
Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor: 821.26-672
tanggal 29 Agustus 1989 tentang lahirnya lembaga baru
yang bernama Wilayah Kerja
Pembantu Bupati Purwakarta
Wilayah Purwakarta yang
meliputi Wilayah Kecamatan
Purwakarta, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Campaka,
Perwakilan Kecamatan Cibungur
yang pusat kedudukan
Pembantu Bupati Purwakarta
berada di Purwakarta.
Sedangkan wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah
Plered meliputi wilayah
Kecamatan Plered, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis,
Kecamatan Sukatani yang
pusat kedudukan Pembantu
Bupati Purwakarta berada di
Plered. Wilayah kerja Pembantu
Bupati Wilayah Wanayasa yang meliputi Kecamatan
Wanayasti Kewedanaan
Subang, Sagalaherang,
Pamanukan, Ciasem dan
Purwakarta. Pembagian administratif Pada tahun 1968, berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subangyang telah
diresmikan pada tangga 31
Januari 1990 oleh Wakil
Gubernur Jawa Barat. Setelah diberlakukannya UU No. 22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, serta dimulainya pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Purwakarta tepatnya pada
tanggal 1 Januari 2001. Serta
melalui Peraturan Daerah No. 22 tahun 2001, telah terjadi
restrukturisasi organisasi
pemerintahan di Kabupaten
Purwakarta. No Kecamatan Jumlah Kel/ Desa Lua Wilay 1 Babakan
Cikao 9 42,4 km² 2 Bojong 14 68,6 km² 3 Bungursari 10 54,6 km² 4 Campaka 10 43,6 km² 5 Cibatu 10 56,5 km² 6 Darangdan 15 67,3 km² 7 Jatiluhur 10 60,1 km² 8 Kiara
Pedes 10 52,1 km² 9 Maniis 8 71,6 km² 10 Pasawahan 12 36,9 km² 11 Plered 16 31,4 km² 12 Pondok
Salam 11 44,0 km² 13 Purwakarta 10 24,8 km² 14 Sukasari 5 92,0 km² 15 Sukatani 14 95,4 km² 16 Tegalwaru 13 73,2 km² 17 Wanayasa 15 56,5 km² Iklim Kondisi iklim di Kabupaten Purwakarta termasuk pada
zona iklim tropis, dengan rata- rata curah hujan 3.093 mm/ tahun dan terbagi ke dalam 2
wilayah zona hujan, yaitu:
zona dengan suhu berkisar antara 22o-28oC dan zona dengan suhu berkisar 17o-26oC. Topografi Wilayah Pegunungan. Wilayah ini terletak di
tenggara dengan ketinggian
1.100 sd 2.036 M DPL, meliputi 29,73% dari total
luas wilayah. Wilayah Perbukitan dan Danau. Wilayah ini terletak di barat laut dengan
ketinggian 500 sd 1.000 M
DPL, meliputi 33,8% dari
total luas wilayah. Wilayah Daratan. Wilayah ini terletak di utara dengan
ketinggian 35 sd 499 M
DPL, meliputi 36,47% dari
total luas wilayah. Geologi Terdiri dari batuan sedimen klasik berupa batu pasir, batu gamping, batu lempung, batu vulkanik. Jenis tanah yang ada terdiri dari aluvial, latosol,
andosol, grumosol, podsolik dan
regosol. Transportasi Trayek bus umum yang melintasi Kabupaten
Purwakarta antara lain tujuan Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi, Karawang, Cilegon, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Cirebon dan kota-kota di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Di samping itu terdapat pula moda angkutan kereta api yang melayani tujuan Jakarta, Bandung, Semarang, Karawang, dan Bekasi. Bagi masyarakat yang
bermukim di sekeliling Waduk Jatiluhur, moda transportasi yang biasa digunakan adalah kapal berukuran kecil (dibawah 7 GT). Wilayah Purwakarta dilintasi
oleh ruas Jalan tol Jakarta- Cikampek dan ruas Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-
Padalarang (Cipularang). Gerbang Tol yang berada di
wilayah Kabupaten Purwakarta
adalah di Cikopo (Cikampek),
Sadang dan Jatiluhur. Namun
demikian di Kabupaten
Purwakarta tidak terdapat satupun terminal bus yang memiliki fasilitas yang
memadai. Obyek wisata Wisata alam Waduk Jatiluhur, dengan luas 8.300 ha terletak ±9
km dari kota Purwakarta
menawarkan sarana rekreasi dan olahraga air yang lengkap dan menarik
seperti : dayung, selancar angin, ski air, power boating,
perahu layar, dan kapal pesiar. Fasilitas yang tersedia adalah hotel dan bungalow, bar dan restoran, lapangan tenis, kolam renang dengan water slide, gedung pertemuan dan
playground. Bagi wisatawan remaja, tersedia pondok remaja serta lahan yang
cukup luas untuk kegiatan
outbond dan perkemahan yang letaknya diperbukitan
diteduhi pepohonan. Di
perairan Waduk Jatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik
tersendiri. Di waktu siang
atau malam kita dapat memancing sambil menikmati ikan bakar. Khusus untuk
educational tourism, yang
ingin mengetahui seluk beluk
waduk ini, Perum Jasa Tirta II menyediakan tenaga ahli. Danau Cirata, dengan luas 62 km2 berada pada
ketinggian 223 m DPL
dikelilingi oleh perbukitan.
Jika melakukan perjalanan
dari kota Purwakarta melalui
Plered, akan tiba di Cirata dalam waktu ±40 menit
dengan jarak sejauh 15 km.
Dalam perjalanan akan
melewati pusat perdagangan peuyeum Bendul dan Sentra Industri Keramik Plered disamping menikmati
keindahan alam di
sepanjang jalan Plered-
Cirata. Situ Wanayasa adalah danau alam yang berada
pada ketinggian 600 m DPL
dengan luas 7 ha, terletak
±23 km dari kota
Purwakarta dengan udara
yang sejuk berlatar belakang Gunung Burangrang. Sumber Air Panas Ciracas. Terletak ±8 km dari Situ
Wanayasa berlokasi di kaki
bukit dikelilingi oleh
pepohonan dan hamparan
sawah dengan udara yang
sejuk. Terdapat sekitar 12 titik sumber mata air panas. Air terjun Curug Cipurut dapat ditempuh dengan
berjalan kaki sepanjang ± 3
km ke arah Selatan kota
Wanayasa, merupakan
tempat yang nyaman untuk
rekreasi baik hiking maupun camping ground. Berada
pada ketinggian 750 m DPL. Gunung Parang adalah obyek wisata alam yang
menyediakan sarana untuk
rock climbing. Terletak 28 km
dari kota Purwakarta berada
pada ketinggian 983 m DPL. Gua Jepang berlokasi ±28 Km dari kota Purwakarta,
memiliki ketinggian sekitar
700 m DPL, dikelilingi
perkebunan teh, pohon pinus, cengkeh, manggis dan termasuk dalam kawasan
puncak Gunung Burangrang.
Gua Jepang merupakan gua
buatan yang dibangun oleh
Jepang (Romusha) sekira tahun 1943 untuk digunakan
sebagai tempat
persembunyian. Desa Wisata Bojong terletak di Desa Pasanggrahan
Kecamatan Bojong ±35 km
dari Kota Purwakarta,
berada pada ketinggian
±650 m DPL dikelilingi
pepohonan, bukit, hamparan sawah, pemandangan alam
Gunung Burangrang dan
areal perkebunan rakyat. Situ Buleud, adalah danau seluas 4 ha berbentuk bulat
yang terletak di tengah kota
Purwakarta. Situ buleud
merupakan landmark
Purwakarta. Konon Situ
Buleud tempo dulu merupakan tempat
"pangguyangan" (mandi/
berendam) badak, kemudian pada masa pemerintahan
kolonial Belanda dijadikan
sebagai tempat
peristirahatan. Kini Situ
Buleud menjadi tempat
rekreasi, olah raga, dan belanja PKL pada saat hari
minggu bagi penduduk
Purwakarta. Wisata budaya Gedung Negara, dibangun tahun 1854 pada masa
kolonial Belanda dengan
gaya arsitektur Eropa. Kini Gedung Negara menjadi
Kantor Bupati Purwakarta. Gedung Karesidenan, seusia dengan Gedung Negara
dibangun pada zaman
pemerintahan kolonial
Belanda. Kini menjadi Kantor
Badan Koordinasi Wilayah
IV terletak di Jalan KK. Singawinata. Mesjid Agung, terletak di samping Gedung Negara
dibangun pada tahun 1826
pada masa kolonial Belanda.
Mesjid ini mulai dipugar
pada tahun 1993 dengan
tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai
sejarahnya, kemudian
diresmikan oleh Gubernur
Jawa Barat pada tahun
1995. Sentra Industri Keramik
Plered, terletak di Desa Anjun ±13 km dari kota
Purwakarta. Industri ini
diperkirakan sudah ada
sejak tahun 1904
menghasilkan keramik
berkualitas diekspor ke manca negara antara lain Jepang, Belanda, Thailand, dan Singapura. Jenis keramik yang dihasilkan
antara lain gerabah, terakota dan porselen. Industri Kain Songket, diproduksi oleh PT. Sinar
sejak tahun 1956 untuk di ekspor ke Brunei dan konsumsi dalam negeri. Kesenian Buncis dan Domyak merupakan kesenian khas Purwakarta
disamping wayang golek, celempungan, tari-tarian, degung, ketuk tilu, jaipongan, tungbrung, reog, calung dan kesenian-kesenian daerah
lainnya. Wisata Ziarah Makam RA. Suriawinata. Seorang pendiri kota
Purwakarta yang meninggal
tahun 1827, beliau
merupakan Bupati Karawang
ke-9 dimakamkan di tengah
Situ Wanayasa. Makam Baing Yusuf adalah makam Syech Baing Yusuf
yang meninggal pada tahun
1856 terletak di belakang
Mesjid Agung Purwakarta.
Ia merupakan seorang ulama besar pada zamannya bermukim di
Kaum (Paimbaran Mesjid
Agung) Purwakarta dan
mendirikan pondok pesantren. Makam Mama Sempur Makam keramat Sempur
adalah Makam Mama
Sempur, seorang tokoh
agama Islam yang disegani
dan terkemuka, sehingga
sekarang banyak pengunjung berziarah ke
makam tersebut. Letaknya
di Sempur-Plered, 14 km dari
kota Purwakarta. Wisata Kuliner Makanan Sate Maranggi Yang membedakan dengan
sate lainnya adalah bumbu
kecapnya yang diolah hingga
memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Disamping sate maranggi, banyak juga
terdapat rumah-rumah makan
khas Sunda yang menyajikan
ikan bakar, pepes, ayam goreng, ayam bakar (bakakak),
lengkap dengan sambal dadakan. Soto Sadang Soto ini dinamakan Soto
Sadang, karena memang lokasi
awalnya terletak di Sadang,
Purwakarta. Tepatnya di
persimpangan jalan raya
menuju Jakarta dengan rel kereta api. Tapi semenjak
dibangunnya jalan layang,
rumah makan ini pindah ke
arah kota Purwakarta, yaitu di
Jalan Veteran. Oleh-oleh simping Makanan ini bentuknya berupa
lembaran pipih, bundar tipis,
biasanya berwarna putih, dan
rasanya gurih. Terbuat dari
tepung beras yang diberi
beberapa bumbu. Peuyeum bendul Gula aren Cikeris Manisan pala Teh hijau Colenak Opak Daftar bupati Purwakarta Lihat artikel Gambar-gambar Lihat pula Daftar Kabupaten dan Kota
se-Indonesia Jabotabek - Cirangkarta Referensi 1. ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011" . 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011. 2. ^ Proyeksi jumlah Penduduk Kabupaten Purwakarta tahun
2009 versi BPS Kabupaten
Purwakarta
Created at 2012-07-25 04:35
Back to posts
UNDER MAINTENANCE